Jawa Barat
Kab Ciamis
Ciung Wanara merupakan situs dari masa Hindu-Buddha yang terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, sekitar 16 Km dari Kota Ciamis ke arah timur. Tepatnya berada pada koordinat 7°20,84’S 108°29,376’E. Komplek situs berupa hutan dengan luas 25,5 hektar, tepat berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Ciamis – Banjar. Batas situs di sebelah utara adalah jalan raya, sebelah timur Sungai Cimuntur, sebelah selatan Sungai Citanduy, dan sebelah barat rest area.
Saya datang kesini pada idul fitri tahun 2017, berbeda dengan saat pertama saya kesini waktu smp. Sudah banyak perubahan, seperti bertambahnya fasilitas umum adanya penunjuk arah dan jadi banyaknya orang berjualan di sebelum pintu masuk nya.
Ya karena tempat wisata ini sudah mulai terkenal dan banyak pengunjung nya, tapi enaknya walaupun sudah cukup terkenal tapi tiket masuknya masih sangat murah, kalau gak salah sekitar 2k atau 3k gitu per orang nya.
Jadi ditempat ini terdapat beberapa lokasi yang bisa dikunjungi, dan untuk sampai kesana dilakukan dengan cara berjalan kaki, kalau menurut saya yang suka treking hal ini tidak terlalu melelahkan, tapi bila kalian bersama orang tua mungkin akan cukup menguras tenaga mereka apalagi untuk sampai ke lokasi paling ujung dari tempat ini yaitu "Patimuan". Tapi untung nya disepanjang jalan nya ini tidak akan terasa terik matahari karena di sepanjang jalan nya tertutup oleh pohon, jadi walaupun kita datang pada saat matahari sedang terik terik nya diluar saat memasuki tempat ini, hal itu tidak akan menjadi masalah.
Tempat yang disebut "Sanghyang Bedil" merupakan suatu ruangan yang dikelilingi tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat sekitar, "Sanghyang Bedil" dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi. (Dikutip dari Wikipedia)
3. Penyabungan Ayam
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi "Sanghyang Bedil", kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat sekitar situs menganggap tempat ini merupakan tempat sabung ayam Ciung Wanara dan ayam raja. Di samping itu merupakan tempat khusus untuk memlih raja yang dilakukan dengan sistem demokrasi. (Dikutip dari Wikipedia)
Di Tempat ini terdapat sebuah mitos yang katanya bisa mengabulkan doa seseorang, jika kamu berjalan dengan mata tertutup menuju tengah dari pohon. Untuk video nya bisa kalian cek didieu
4. Lambang Peribadatan
Batu yang disebut sebagai "Lambang Peribadatan" merupakan sebagian dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.(Dikutip dari Wikipedia)
5. Cikahuripan
Di lokasi "Cikahuripan" tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Ci Tanduy dan sungai Ci Muntur. Sumur ini disebut "Cikahuripan" karena dianggap berisi air kehidupan (dimana air dipercaya sebagai lambang kehidupan). Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.(Dikutip dari Wikipedia)
Bagian kedua nya bisa kalian cek didieu
Menguak Mitos Sekaligus Menikmati Alam di Situs Ciung Wanara Part.1
Ciung Wanara merupakan situs dari masa Hindu-Buddha yang terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, sekitar 16 Km dari Kota Ciamis ke arah timur. Tepatnya berada pada koordinat 7°20,84’S 108°29,376’E. Komplek situs berupa hutan dengan luas 25,5 hektar, tepat berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Ciamis – Banjar. Batas situs di sebelah utara adalah jalan raya, sebelah timur Sungai Cimuntur, sebelah selatan Sungai Citanduy, dan sebelah barat rest area.
Saya datang kesini pada idul fitri tahun 2017, berbeda dengan saat pertama saya kesini waktu smp. Sudah banyak perubahan, seperti bertambahnya fasilitas umum adanya penunjuk arah dan jadi banyaknya orang berjualan di sebelum pintu masuk nya.
Ya karena tempat wisata ini sudah mulai terkenal dan banyak pengunjung nya, tapi enaknya walaupun sudah cukup terkenal tapi tiket masuknya masih sangat murah, kalau gak salah sekitar 2k atau 3k gitu per orang nya.
Jadi ditempat ini terdapat beberapa lokasi yang bisa dikunjungi, dan untuk sampai kesana dilakukan dengan cara berjalan kaki, kalau menurut saya yang suka treking hal ini tidak terlalu melelahkan, tapi bila kalian bersama orang tua mungkin akan cukup menguras tenaga mereka apalagi untuk sampai ke lokasi paling ujung dari tempat ini yaitu "Patimuan". Tapi untung nya disepanjang jalan nya ini tidak akan terasa terik matahari karena di sepanjang jalan nya tertutup oleh pohon, jadi walaupun kita datang pada saat matahari sedang terik terik nya diluar saat memasuki tempat ini, hal itu tidak akan menjadi masalah.
Karena cukup banyak lokasi nya saya akan membagi post ini menjadi dua bagian, bagian kedua nya bisa kalian cek didieu
1. Pancalikan
Tempat ini merupakan area untuk singgasana raja yang dulu memerintah di daerah ini. area nya cukup luas dan berada paling depan dari pintu masuk.
2. Sanghyang Bedil
3. Penyabungan Ayam
Di Tempat ini terdapat sebuah mitos yang katanya bisa mengabulkan doa seseorang, jika kamu berjalan dengan mata tertutup menuju tengah dari pohon. Untuk video nya bisa kalian cek didieu
4. Lambang Peribadatan
5. Cikahuripan
Di lokasi "Cikahuripan" tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Ci Tanduy dan sungai Ci Muntur. Sumur ini disebut "Cikahuripan" karena dianggap berisi air kehidupan (dimana air dipercaya sebagai lambang kehidupan). Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.(Dikutip dari Wikipedia)
Bagian kedua nya bisa kalian cek didieu
0 comments:
Post a Comment